Tampilkan postingan dengan label Ekonomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ekonomi. Tampilkan semua postingan

Sebuah Saran Dari Pelawak Miing Agar PDIP dan Gerindra Akur di Jakarta

KOMPAS IMAGE/MUNDRI WINANTO
Politisi PDI Perjuangan Tubagus Dedi "Miing" Gumelar berujar, ada salahsatu cara untuk mendamaikan hubungan PDI-P dan Gerindra yang sampai saat ini masih saja berseteru mengenai jatah posisi Wakil Gubernur DKI.

Mantan pelawak grup Bagito itu menilai, alangkah baiknya apabila Joko Widodo memilih Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama untuk masuk ke dalam jajaran kabinetnya. Dengan demikian, posisi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI akan kosong.

"Suruh Jokowi biar Ahok jadi menteri supaya gubernur dan wakilnya dari nol lagi," kata Miing dalam diskusi "Mencari Wagub DKI Pasca Gerindra-PDIP Pecah Kongsi", di Jakarta, Jumat (5/9/2014).

Menurut Miing, apabila jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI kosong, maka baik PDI-P maupun Gerindra diharuskan mengajukan nama untuk gubernur dan wakil gubernur yang baru. Hal itu, kata dia, bisa dijadikan momentum kedua partai untuk memilih orang sesuai kesepakatan mereka pada 2012, yakni gubernur dari PDI-P dan wakilnya dari Gerindra.

"Tak masalah memilih orang lagi. Yang penting kader-kader yang diambil adalah kader terbaik di partainya masing-masing," ujar anggota DPR RI itu.

Seperti diketahui, sampai sejauh ini terjadi perbedaan cara pandang, baik dari PDI-P maupun Gerindra, perihal siapa yang pantas untuk mengisi posisi Wagub DKI.

PDI-P menganggap, wagub seharusnya berasal dari partainya karena posisi tersebut untuk menjadi pendamping Ahok, yang notabene kader Gerindra.

Sedangkan Gerindra menilai, justru jabatan Wagub DKI harus tetap dari Gerindra. Sebab, bagi mereka, pada 2012 telah disepakati bahwa posisi gubernur adalah milik PDI-P, sedangkan wakilnya adalah Gerindra.

Perihal kemudian gubernur dari PDI-P pergi meninggalkan posisi tersebut dan kemudian kader dari Gerindra yang naik, hal itu terjadi karena proses undang-undang


Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Ini Saran Pelawak Miing Agar PDIP dan Gerindra Akur di Jakarta, http://medan.tribunnews.com/2014/09/06/ini-saran-pelawak-miing-agar-pdip-dan-gerindra-akur-di-jakarta.

Editor:tribunnews.com
Continue Reading | komentar

TERNYATA AHOK TIDAK MELECEHKAN ALQURAN TERKAIT MENYEBUT SURAT AL MAIDAH AYAT 51

Maklumlah karena Ahok dianggap begitu kuat dan kinerjanya nyata dirasakan rakyat Jakarta, para lawannya berusaha keras mencari-cari cara untuk menghajarnya, segala pernyataannya dicari untuk dijadikan bahan menyerangnya dari segala arah, terutama bila dapat bahan yang terkait dengan AGAMA ISLAM, sontak mereka akan bergemuruh menghasut untuk menghajar Ahok dengan berbagai cara.

Salah satunya terkait dengan isu pemilihan Kepala Daerah dalam pilkada DKI tahun depan, beberapa kalangan dari warga muslim menolak pencalonan Ahok yang notabene Non Muslim sebagai Gubernur DKI. Mereka yang menolak Ahok tersebut dengan berpedoman pada Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 51 sbb :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi awliya mu; sebagian mereka adalah awliya bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi awliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim)

Faktanya, banyak ulama tafsir BERBEDA PENDAPAT mengenai penyebab yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat yang mulia ini.

Di dalam Surat Al-Maidah 51 tersebut terdapat satu kata kunci yaitu ‘Awliya’ sebab bila tidak tepat dalam mengartikannya dapat menimbulkan perbedaan pandangan di kalangan masyarakat luas dalam rangka penegakan demokrasi di negeri ini.

Ada pendapat mengatakan ‘Auwliya’ diterjemahkan sebagai ‘pemimpin’, seperti yang tercantum dalam terjemahan Al Quran terbitan Kementerian Agama.

Pertanyaannya adalah sejauh mana kebenaran terjemahan Al Qur’an versi pemerintah tersebut? Sementara dasar negara kita Pancasila yang melindungi hak setiap warga negara untuk dipilih menjadi pemimpin atau Kepala Daerah dan pajebat negara lainnya hingga Presiden.

Apakah terjemahan kata ‘awliya’ menjadi ‘pemimpin’ tersebut sudah sejalan dengan prinsip dasar demokrasi yang mana unsur SARA tidak relevan bila dikaitkan dengan proses pemilihan kepala daerah atau kepala negara?

Sementara Gus Mus (KH Mustofa Bisri, tokoh NU) dalam berbagai ceramahnya mengatakan kata ‘Auwliya” bisa diterjemahkan sebagai BALA atau BOLO dalam bahasa jawa, yang artinya teman atau sekutu.

Jadi secara keseluruhan maksud ayat tersebut diatas seharusnya ditafsirkan bahwa warga muslim tentu harus memilih ‘awliya’ yang juga dari sesama muslim dalam cakupan keagamaan (dalam hal ini agama Islam), bukan dikaitkan dengan kehidupan demokrasi.

Dari Tafsir Ibn Katsir juga tidak menafsirkan kata awliya sebagai pemimpin. Yang dimaksud adalah temenan dalam arti bersekutu dan beraliansi dengan meninggalkan orang Islam. Bukan dalam makna larangan berteman sehari-hari. Konteks al Maidah ayat 51 itu saat muslim kalah dalam perang uhud. Jadi ada yg tergoda untuk menyeberang dengan bersekutu pada pihak yahudi dan nasrani. Itu yang dilarang.

Sementara Ahok mengatakan :

"Kalau Bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin dengan surat Al Maidah 51, macem macem itu. Kalo bapak ibu merasa ga milih neh karena saya takut neraka,dibodohin gitu ya gapapa" ujar Ahok saat berkunjung di Kepulauan Seribu dan diunggah ke youtube (entah ini versi siapa?) pada senin (26/9/2016).

Itu TIDAK MELECEHKAN Alquran terkait surat Al Maidah 51, tapi berhubung para ANTI AHOK tak mau tahu dan tak perduli, maka tetap bersikukuh menyalahkan Ahok, seraya membuang otaknya dalam bernalar mempelajari ayat tersebut. Pokok kata Ahok harus diserang habis-habisan mumpung ada moment yang terkait agama Islam. Dipastikan kalimat-kalimat Ahok akan diplintir semakin dalam demi membenarkan KEBENCIANNYA.

Artinya masih banyak yang belum nyampe pemahamannya. Maksudnya dibodohi itu BUKAN tentang ayatnya, tapi PEMAHAMAN banyak umat yang dirasa bodoh karena SALAH MENAFSIRKAN ayat yang terkandung di dalamnya.

Seperti penjelasan di atas, pemimpin yang dimaksud di ayat tersebut bukan pemimpin kenegaraan, bukan presiden, gubernur, walikota dan lain sebagainya.

Jadi maksud dalam ayat tersebut pemimpin dalam keluarga, pemimpin agama, yang berhubungan dengan hal yang mengatur akidah islam. Sementara kehidupan bernegara beda, karena kita tinggal sebagai bangsa yang majemuk dan berbhineka tunggal ika.

Continue Reading | komentar

Disebut Orang Sakti, Ahok Balas Sindiran Yusril ihza Mahendra

Disebut Orang Sakti, Ahok Balas Sindiran Yusril ihza Mahendra bahwa lawan nya tersebut adalah orang hebat.

Pilgub DKI memang masih satu tahun lagi. Namun suhu dan dinamika politik sudah mulai terasa saat ini. Selain diramaikan dengan banyaknya calon yang akan bertarung, Pilgub DKI 2017 juga sudah diramaikan dengan perang sindiran.

Semisal, perang sindiran antara Yusril Ihza Mahendra dengan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok. Saling sindir keduanya berawal sejak Ahok pernah menyebut Yusril sebagai orang hebat lantaran terbebas dari jerat hukum dalam korupsi Sistem Administrasi Badan Hukum atau Sisminbakum pada 2010.

Yusril pun balik menyerang dengan menyindir Ahok sebagai orang sakti. Bahkan Yusril seperti mengatakan bahwa orang hebat masih kalah dengan orang sakti. Ahok pun mengamini 'Psywar' Yusril. Dia pun merasa yakin dirinya yang disebut sakti bisa mengalahkan Yusril.

"Pak Yusril mesti sadar orang sakti pasti mengalahkan orang hebat," kata Ahok di Djakarta Theater XXI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (4/3) tadi malam.

Ketika disinggung soal sikap saling mendukung antar calon lain. Seperti Yusril dengan Ahmad Dhani untuk bahu membahu mengkandaskan keinginan Ahok merebut kembali kursi DKI satu, Ahok terlihat santai merespon.

"Enggak apa-apa, bagus dong," jawabnya singkat.

Dua bakal calon gubernur DKI Jakarta, Ahmad Dhani dan Yusril Ihza Mahendra melakukan pertemuan empat mata di rumah Dhani yang berada di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Meski keduanya calon lawan politik, tidak ada saling sindir di antara mereka. Bahkan, keduanya sama-sama saling mendukung.

Baik Dhani maupun Yusril berkomitmen mendukung pihak yang lebih unggul dalam survei yang dilakukan tim independen. Ahmad Dhani berjanji memberikan dukungannya jika Yusril berada dalam daftar tokoh teratas hasil survei dan dinyatakan layak jadi calon Gubernur DKI Jakarta.

"Jika yang terpilih bang Yusril saya jadi jurkam misalnya. Tidak hanya dukung dalam doa," ujar Dhani di kediamannya.

Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra juga memberikan dukungannya pada Dhani. "Intinya kami saling mendukung satu sama lain. Dhani dukung saya, saya dukung Dhani," kata Yusril.

Merdeka.com
Continue Reading | komentar

Terlalu, Tanah abang jadi begini setelah Ahok menjabat


"Gara-gara Ahok, Tanah Abang Jadi Begini", celoteh Uni, pemilik salah satu kios pakaian jadi di Tanah Abang. “ Kini indak ado urang marokok disiko Uda. Calieklah indak ado sampah jo ludah lai di lantai” (kini tidak ada lagi orang merokok disini. Tengoklah tidak ada sampah dan ludah lagi di lantai)

Tadi siang, ketika diajak ke sini dan membayangkan kondisi Tanah Abang, dimana sampah berserakan dilantai berbaur dengan pengunjung yang meludah disembarang tempat. Sebenarnya ada rasa enggan saya ke sana. Apalagi kalau masuk pakaian bisa basah kuyup karena mandi keringat. Tapi, karena yang ajak adalah wanita yang paling saya cintai, maka mana tega saya mengatakan, ”tidak“.

Setibanya di Blok A Pasar Tanah Abang, begitu masuk gerbang terlihat banyak orang duduk lesehan di lantai sambil menikmati makan dan minuman.


Sambil mikir, saya dan istri terus melangkah naik ketangga dan melirik sekilas keseluruh lantai yang ada di sana, ternyata memang sudah berubah. Walaupun tidak sampai mengkilap, tapi kebersihannya sudah menyamai Mangga Dua Mall: tempat shopping masyarakat middle high.

Menelusuri toko demi toko, terasa udara tidak lagi pengap seperti dulu. Sebagian dari pertokoan ini sudah dilengkapi dengan air conditioner dan hal ini secara tidak langsung membantu meneduhkan udara di bagian toko toko yang non-ac.

Untuk di Blok A ini, ternyata cukup banyak ”urang awak” nan mangaleh (berjualan). Dengan hanya menangkap logat saja, sudah bisa diterka apakah orang Padang atau bukan.

Borong Batik

Sebagai Pengawal Pribadi, saya patuh saja ikut ke mana istri saya melangkah, kemudian kami singgah di toko batik. Saya bilang, ”baju batik saya sudah satu lemari penuh, jangan dibeli lagi”. Istri saya memandang saya dan mengatakan “Ini untuk hadiah teman-teman kita di Australia.”

Lumayan belasan potong batik yang ukurannya XXXL diborong istri saya. Tanpa ditanya, istri saya menjelaskan ”Kalau di Australia, 15 dolar, kita mau kasih hadiah apa? Kalau dikasih batik, mereka pasti sangat senang.“

Saya manggut-manggut, tanda setuju, Ingat sahabat-sahabat baik kami di sana yang jumlahnya ada lebih dari selusin.

Sambil membungkus batik yang diborong istri saya, maka si Uni mulai bercerita, bahwa Tanah Abang sudah berbeda total:

Tidak ada lagi preman yang minta uang takut

Tidak ada sampah berserakan, walaupun belum 100 persen bersih

Sudah banyak yang pasang ac ,sehingga membantu meneduhkan udara sekitarnya

Tidak ada lagi yang berani merokok di pertokoan

Tidak ada lagi copet

Pusat Perbelanjaan dan Sekaligus Tempat Rekreasi

Ternyata Tanah Abang tidak hanya menjadi pusat peberlanjaan bagi warga menengah kebawah, tetapi uniknya, sekaligus jadi tempat rekreasi gratis. Tampak beberapa orang duduk santai dan sama sekali tidak memperdulikan orang yang berlalu lalang. Mereka makan dan minum, dibelakang dinding gedung, sebelum menuju anak tangga, sambil lesehan dengan hanya beralasakan plastik bekas bungkusan kain.


Selesai menikmati makan minum, tampak rombongan ini melakukan window shopping, keliling-keliling dari blok A ke blok F. Kelihatannya kemungkinan datang dari luar kota. Ternyata mereka juga sudah tahu tentang arti kebersihan, karena tidak ada jejak berupa sampah yang ditinggal dibekas tempat “rekreasi” mereka.

Tak salah kata si Uni, gegara si Ahok, Tanah Abang yang dulunya kumuh dan semrawut kini sudah berubah total, bersih dan apik. Kalau dulu orang merokok dimana mana, kini selama hampir dua jam kami keliling pasar ini, memang tak tampak ada yang merokok, baik yang terang terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Tak ada lagi yang mengingatkan kami, agar hati hati dengan tas, yang kalau dulu, selalu dingatkan “hati hati tas nyo bu…” Berbelanja di sini sudah tidak ada bedanya lagi dengan di Mangga dua Mall, Malah harga barang sejenis, jauh lebih murah. dibanding belanja di mall mall

Catatan :
Tulisan ini sama sekali tidak ada hubunganya dengan politik ataupun pilkada, melainkan sekedar catatan kecil, persinggahan kami di tanah abang siang ini. Ternyata Tanah Abang sudah tidak kalah dari Mangga Dua Mall, malah dari sudut harga barang, jauh lebih murah dalam kualitas yang sama.

Jakarta, 12 November 2015

Penulis : Tjiptadinata Effendi ( Seorang Kompasianer)
sumber berita : kompasiana
Continue Reading | komentar

Terbaru

 
Support : Creating Website | maskolis | Johny Template Copyright © 2014. UBERITA - All Rights Reserved
Template Modify by UBERITA | Powered by Blogger